observasi sekolah

Rabu, 24 Juni 2015

Evaluasi Performa Andragogi Kelompok 3

“Cyberbullying”


Oleh:
Kelompok 3


Bullying adalah fenomena yang kerap terjadi & tidak asing lagi di telinga kita. Ada beberapa jenis bullying. Salah satunya adalah cyberbullying.  Jenis bullying ini masih kurang commonbagi orang Indonesia dan bahkan beberapa dari kita belum mengetahui seperti apa cyberbullying itu. 

Kurangnya pengetahuan mengenai cyberbullying berdampak pada terjadinya cyberbullying dengan intensitas yang cukup tinggi. Pada awal tahun 2015, muncul berbagai cercaan terhadap Haji Lulung melalui meme yang tersebar di jejaring sosial, mulai dari facebook, youtube, instagram, bahkan path. Haji Lulung menyatakan ketidaksenangannya atas 'lucu-lucuan' tentang dirinya yang beredar di dunia maya pada salah satu stasiun televisi Indonesia dalam suatu acara outdoor talk show. Selain Haji Lulung, Brigadir Dewi Sri Mulyani dengan kalimat"disitu kadang saya merasa sedih" juga menjadi bahan tertawaan masyarakat Indonesia. Ia menyatakan kekecewaannya terhadap gambar-gambar dan video yang diedit sedemikan rupa yang beredar di jejaring sosial melalui suatu acara talkshow di salah satu stasiun televisi Indonesia.

Cyberbullying bersifat subjektif. Walaupun demikian, kita dapat mempelajari, mengenali, dan peka terhadap hal ini. Pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik proyektif. Pembelajaran dengan teknik proyektif dapat menjaga self-esteem seseorang. Melalui teknik proyektif, fasilitator menyajikan cerita lewat ilustrasi gambar dan video yang diakhiri dengan sesi diskusi. Pada sesi diskusi, peserta didik mengungkapkan perasaannya, tata nilai, keinginannya atau apa yg ingin dilakukan (insight) sesudah mendapatkan novel knowledge mengenai cyberbullying.

Teman-teman terdekat menjadi sasaran pembelajaran ini dengan harapan bahwa mereka selanjutnya akan menjadi agent of change. Harapan kecil yang kami inginkan pada keenam orang teman terdekat ini adalah dapat mencegah cyberbullying atas dirinya dan atas orang lain, juga dapat mengatasi masalah apabila suatu ketika ia menjadi korban cyberbullying. Harapan yang lebih besar adalah mereka bisa membagikan pengetahuan tersebut kepada orang-orang disekitarnya dan mampu mengontrol diri untuk tidak melakukan cyberbullying. Dampak dari pembelajaran yang mungkin akan dirasakan oleh peserta didik apabila ia pernah menjadi korban bully adalah bahwashe's not alone. Ada orang lain yang pernah menjadi korban bullying juga. Peserta didik ini dapat melihat bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap korban cyberbullying, ada orang-orang yang berusaha mencegah cyberbullying. Hal ini mungkin dapat memberikan sedikit kelegaan untuknya dan mencegahnya untuk mem-bully orang lain karena beberapa korban bullying dinyatakan berpotensi balik melakukan bullying terhadap orang lain, membalaskan apa yang pernah ia rasakan.

Teman-teman terdekat diajak menjadi peserta didik tidak hanya berdasarkan kepraktisan tetapi juga atas kepedulian kelompok terhadap pengalaman yang kami dengar dari beberapa peserta didik dan beberapa anggota kelompok yang pernah menjadi korban bullying dan pelaku bullying. Waktu dan tempat pelaksanaan di Lantai II Gedung C Fakultas Psikologi dipilih berdasarkan hasil diskusi kelompok 3 dengan peserta didik karena pertimbangan cuaca dan udara yang cukup panas pada saat itu. Peserta didik menginginkan kenyamanan saat proses berlangsung, maka dari itu mereka memilih untuk duduk di lantai gedung dan beberapa kali jeda untuk merenggangkan badan dan urusan ke belakang. Kelompok menyediakan minuman teh dalam kemasan, masing-masing mendapat satu agar peserta tidak kehausan. Peralatan yang akhirnya kami pergunakan saat pelaksanaan adalah sebuah laptop dan dua kamera smart phone untuk merekam dokumentasi dari dua sisi, depan dan belakang peserta didik. 

Dari hasil diskusi di akhir sesi, seorang peserta didik yang merupakan korban bullying yang kemudian menjadi pelaku bullying menyatakan bahwa ia merasa kasihan pada Amanda Todd yang berjuang untuk menghapuskan cyberbullying terhadapnya dan kemudiaan ditemukan tewas di kamar apartemennya setelah beberapa kali percobaan bunuh diri. Ia mengatakan bahwa seharusnya teman-teman sekolah Amanda Todd berhenti melakukan cyberbullying, menghapus gambar tersebut dari media sosial, dan membantunya untuk bangkit setelah Amanda Todd menyatakan bahwa ia depresi. Peserta didik yang lain menyatakan bahwa kenapa orang-orang disekitar Amanda Todd itu tidak dapat membantu, tidak dapat mencegah Amanda Todd untuk bunuh diri lagi, atau membawanya ke psikiater atau psikolog untuk terapi atau diberikan penanganan. Seharusnya ada yang bisa yang bisa membantu dari sekian banyak orang disekitarnya, minimal sahabatnya sendiri atau keluarganya. Peserta didik yang lain juga ikut mengungkapkan bahwa pembelajaran ini bermanfaat bagi mereka yang sebelumnya tidak tahu bahwa 'lucu-culuan' ini termasuk cyberbullying, bagaimana perasaan mereka, menceritakan keadaan tokoh-tokoh yang ditayangkan dalam video, dan apa yang dapat mereka lakukan setelah ini seperti lebih aware apabila mengetahui adanya cyberbullying atau tanda-tanda terjadinya cyberbullying terhadap seseorang disekitarnya. Selanjutnya mereka dapat membantu teman-temannya atau keluarganya apabila menjadi korban cyberbullying. Salah satu peserta didik yang pernah menjadi korban cyberbullying menyatakan bahwa tokoh animasi tersebut akhirnya mengatasi masalahnya dengan bantuan keluarganya. Ia menyatakan bahwa seorang korban cyberbullying ternyata seharusnya menceritakan pada orang terdekatnya, misalnya abang atau sahabatnya.



Pembagian Tugas

a. Pra-Pelaksanaan
Perencanaan:  Seluruh an
Menyusun prosedur pelaksanaan:  Yunike, Flora, Utary
Mencari video:  Renita, Flora
Mencari gambar:  Utary

b. Pelaksanaan
Presenter:  Renita, Gianne, Yunike
Dokumentasi:  Flora, Yunike, Utary
Operator laptop :   Utary
(sambil menjelaskan isi video)

c. Presentasi
Video Editor:  Yunike
Ice Breaker:  Renita, Yunike, Gianne
Presenter: Utary, Gianne
Operator laptop: Flora
(sambil menjelaskan video)
Menanggapi Audience:  Gianne, Renita, Flora, Utary, Yunike



Pertanyaan & Tanggapan dari Audience Kelas Andragogi
  • Rini  (13-066)
P :  Kalau dengan stand up comedy, biasanya kan komiknya suka menghina  atau mentertawakan orang juga. Di slide apabila sebagai pendidik, lalu gimana caranya kalo mau ngasih tau ke sepupu untuk mencegah cyberbullying?
T : Kita meskipun bukan sebagai pendidik, kita juga harus menjelaskan perbedaaan antara humor dan sarcasm. Stand up comedy salah satunya. Misalnya ada saudara kita yang merasa dibully dan susah mengutarakan perasaannya, bisa memakai cara seperti stand up comedy (mengutarakan pendapat tanpa membuat orang lain tersakiti).
  • M. Saif  (12-027)
P :  Gimana kita tahu dia ngerasa dibully/ tidak?
T : Dari video yang kami tampilkan, disitu di tampilkan bahwa orang yg merasa di bully akan lebih banyak terlihat sendiri daripada berkumpul dengan orang lain dan juga dia akan terlihat murung atau sedih. 

  • Agita  (13-044)
P :  Kenapa videonya kebanyakan lebih tentang respon audience daripada untuk audience di kelas?
T :  Karena itu pendekatan teknik proyeketif  jadi kami menampilkan video kepada audience tentang cyberbully yang menjadi trending topic di kalangan anak muda yang aktif menggunakan social media, dengan menampilkan video kami ingin membuat perubahan kepada teman audience yang menjadi pelaku cyberbully atau yang menjadi korban cyberbully. Kami berhdapa audience menjadi agent of agency untuk mengubah perilaku cyberbully yang dapat menyakiti orang lain.

  • Indri  (12-011)
P : Gimana kalau teman kita gak punya power untuk mengatakan kalo mereka itu tersakiti karena cyberbullying?
T : Kita sebagai orang yang sudah mengetahui ciri-cirinya atau tanda-tandanya sebaiknya menanyakan secara langsung dan membantunya seperti tips-tips yang kami bagikan tadi. Dan kita juga bisa membagikan apa yang kita ketahui ini pada orang lain agar orang ini juga dapat mengetahui tanda-tanda terjadinya cyberbullying disekitar mereka dan mereka dapat membantu orang lain lagi.

  • Livi  (12-002)
P : Konsepnya sangat bagus. Videonya kurang lebar dan suara spekernya kurang besar. Materinya bagus, sesuai dengan mahasiswa yang menggunakan internet. Gimana kalo Dijah Yellow & Syahrini? Dia kan senang-senang aja, malah mencari popularitas dari situ. Gimana sebenarnya konsep cyberbullying itu?
T : Cyberbullying sebenarnya tergantung persepsi subjek. Jika subjek tidak merasa dihina/dibully di sosmed maka itu bukan cyberbullying. Contohnya seperti Dijah Yellow dan Syahrini. Mereka memang tidak menganggap komen-komen orang di instagram mereka sebagai hinaan. Mereka malah memanfaatkan itu untuk membuat mereka tenar.

  • Firman  (13-088)
Saran :  Konsepnya bagus, seharusnya dilaksanakan di kelas besar saja karena informasinya juga penting untuk kita semua.


NB: 
P=PERTANYAAN/PERNYATAAN
T=TANGGAPAN


Dokumentasi





CYBERBULLYING
I have been being an agent of change
How about YOU?
:)

Selasa, 17 Maret 2015

KONSEP PERFORMA PEMBELAJARAN METODE PROYEKTIF
“Cyberbullying”
Oleh:
Kelompok 3

Teknik Proyektif
Teknik proyektif adalah teknik pembelajaran yang menggambarkan suatu masalah melalui cerita, cerita bergambar, sandiwara, dengan berbagai media untuk menggali dimensi permasalahan-permasalahan tersembunyi yang ada pada peserta didik.  Informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat diperoleh melalui diskusi, wawancara, atau konsultasi dengan para ahli. Peserta didik berperan di akhir cerita. Mereka mendiskusikan perilaku dan motivasi tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Dengan mendiskusikannya, peserta didik dapat mengungkapkan perasaan-perasaannya, tata nilai, dan sebagainya.

Topik: Cyberbullying
Cyberbullying adalah kekerasan dalam bentuk teks atau pesan instan yang bersifat kasar dan menghina seseorang di media sosial. Menurut wikipedia, cyberbullying adalah penggunaan teknologi informasi untuk menyakiti orang lain secara berulang-ulang dengan sengaja. Cyberbullying itu dapat dibatasi dengan memposting rumor atau gosip tentang seseorang di internet dan mengandung sifat kebencian dalam pemikiran orang yang melakukan cyberbullying; atau juga dapat diperluas dengan mengidentifikasi korban secara personal dan mempublikasikan material sesorang dengan tujuan menfitnah dan mempermalukan orang tersebut.
                Cyberbullying dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi  informasi  dan komunikasi untuk mendukung hostile behavior yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok untuk menyakiti orang lain. Menggunakan internet dan mobile technology seperti web page dan grup diskusi atau SMS dengan tujuan menyakiti orang lain. Menyakiti seseorang dalam cyberbullying ada dua cara, yaitu : cyberstalking atau cyberharassment yang dilakukan orang dewasa terhadap orang dewasa. Cyberstalker bertindak di forum publik, media sosial , atau situs-situs informasi online dan bertujuan untuk mengancam  penghasilan, pekerjaan, reputasi, atau keamanan korban. Beberapa pelaku dapat mempublikasikan foto korban atau foto korban yang sudah di edit beserta penjelasan gambar yang menfitnah atau memasang wajah korban dengan tampilan tubuh yang telanjang.  Cyberbullies dapat menunjukkan data pribadi korban (nama asli, alamat rumah atau tempat kerja/ sekolah) di website atau forum atau bisa menggunakan peniruan, menciptakan akun palsu, tempat mengutarakan komentar-komentar atau sikap sebagai   target mereka untuk tujuan mempublikasikan material dalam nama mereka yang memfitnah, mencemarkan nama baiknya, atau mempermalukan mereka. Pelaku seringkali tidak menyebutkan nama mereka atau anonim sehingga seringkali pelaku tidak diketahui dan tidak dapat di proses dengan hukum. Cyberbullying dapat terjadi setiap waktu.

Why?
Topik ini diangkat karena akhir-akhir ini marak terjadi cyberbullying di sekitar kita. Tujuannya adalah  membuat peserta didik sadar bahwa cyberbullying merupakan suatu hal yang melanggar norma sosial dan norma hukum yaitu UU ITE Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ menstransmisikan dan/ membuat dapat diaksesnya informasi dan/ dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ pencemaran nama baik dan Pasal-pasal KUHP yang mengatur tentang cyberbullying yang tercantum dalam Bab XVI mengenai penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2). Pembelajaran ini ditujukan pada mahasiswa di Fakultas Psikologi USU. Peserta didik diharapkan lebih memahami dampak negatif dari cyberbullying. Dampak psikologis dari cyberbulling adalah:
1.      Tidak bersemangat melakukan kegiatan yang tadinya disukai
2.       Enggan berangkat kerja atau atau sering menjadi membolos
3.       Susah tidur atau mimpi buruk
4.       Mudah merasa takut
5.       Tidak percaya diri
6.       Muncul keinginan membully sebagai bentuk balas dendam
7.       Social phobia
8.       Bullyside: bunuh diri karena tertekan secara mental.

Media/Sarana belajar: alat pandang dengar  (Video dari youtube, gambar dari sosial media)

Peserta                                  : 5 orang mahasiswi Psikologi USU 

Tanggal pelaksaan                  : Selasa, 30 Maret 2015

Waktu pelaksanaan      : 08.00-selesai

Tempat                                  : Taman USU

Durasi                                    : maks. 1 jam

Biaya yg diperlukan      : Rp25.000 (minum utk 5 orang) 


Prosedur
Model rancangan belajar adalah model peran dengan jenis satuan kegiatan pertemuan umum. Prosedur pembelajaran:
·         Pembukaan
·        Cerita
·         Menampilkan foto-foto
·         Menampilkan video
·         Diskusi.

Sumber:
Arif, Zaainudin. 2012. Andragogi. Bandung: Angkasa.

Selasa, 30 Desember 2014

PROPOSAL KUANTITATIF
PENGARUH CONFORMITY TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah  masa dalam  perkembangan  yang paling menarik untuk diikuti. Pada masa ini banyak yang terjadi pada remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.  Menurut Hurlock (1992) masa remaja adalah mencakup mental, emosional, sosial dan fisik yang memiliki tempat diantara anak-anak dan orangtua karena tidak termasuk dalam golongan anak-anak tapi belum juga masuk dalam golongan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (dalam Monks,dkk 1994).Remaja sering mengalami tekanan dan kesulitan yang harus dihadapi. Menghadapi pengaruh sosialnya dan mengikuti lingkungannya. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) masa peralihan dari masa anak ke dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki tahap dewasa.  Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja mengalami perubahan dalam hidupnya. Mengubah cara pandangnya,pemikiran yang semakin dewasa. Tidak hanya mengalami perubahanan dalam fisiknya namun juga perubahan dalam psikisnya. Hal yang senada yang diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan  transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.
Berteman adalah salah satu factor yang mempengaruhi remaja. Teman memiliki peran yang besar dalam kehidupan remaja. Berteman dapat meningkatkan kehidupan sosial remaja. Menurut  Harry Stack Sullivan teman menjadi semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial. Sullivan berpendapat bahwa keintiman meningkat selama awal masa remaja. Dan memotivasi remaja untuk mencari teman dekat. Jika remaja gagal untuk mengembangkan persahabatan tersebut, mereka mengalami kesepian dan mengurangi rasa harga diri.
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock). Teman sebaya memiliki fungsi yaitu dapat berbagi pengalaman dan berbagi informasi mengenai dunia dilura keluarganya. Dengan teman sebaya, remaja belajar apakah yang mereka lakukan adalah lebih baik atau sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan oleh remaja lain. Barker dan Wright (1951) anak-anak menghabiskan semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya pada masa pertengahan anak-anak dan akhir masa anak-anak dan masa remaja. Kelompok teman sebaya adlah lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya (Mapiare,1982).
Remaja menceritakan hal-hal intim dan informasi pribadi mereka lebih sering kepada temannya daripada orangtuanya. Remaja juga mengatakan bahwa mereka lebih bergantung kepada teman daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjalin persahabatan, harga diri dan keintiman. Jika yang diterima remaja adalah sikap yang posif maka perilakunya akan positif pula atau sebaliknya. Pengalaman baik dan buruk dari teman-temannya akan  membentuk perilaku remaja.
Dalam kehidupannya, remaja memiliki tujuan yang hendak dicapai. Mereka memikirkan keinginan merak untuk mencapai keberhasilan atau prestasi. Dengan tujuan yang hendak dicapai ini yang membuat remaja termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi. Sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi seseorang untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan) dan Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (Wiegfield & Eccless,2001; Hennesey & Amabile,1998)
Motivasi pencapaian adalah Kebutuhan psikologi dari manusia untuk memperoleh keberhasilan dan kesuksesan (Brunstein & Maier,2005; Caldwell,2010). Motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berjasil,berusaha keras dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu mutu tertentu (Woolfolk,1993).
 Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya. Biasanya para remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya daripada, dengan orang tuanya. Oleh karena itu remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya (Hurlock, 1980). seringkali remaja termotivasi oleh faktor lingkungan, terutama temannya. Di dalam lingkungan pertemanan, remaja seringkali ingin mengungguli prestasi-prestasi yang dicapai temannya yang lain. Untuk itu remaja harus pandai dalam memilih teman dalam kelompoknya, jika teman yang dipilih dalam kelompoknya adalah teman yang memiliki prestasi maka remaja dengan akan sendirinya akan termotivasi untuk mengungguli temannya tersebut (Santrock, 1998).
Conformity adalah termasuk perubahan perilaku seseorang yang menyesuaikan dengan respon ataupun tindakan orang lain agar cocok dan bisa diterima orang lain. Konformitas dapat berlaku positif atau negative bagi remaja. Jika temannya sering melanggar peraturan, keluar dari aturan yang berlaku sering melakukan pencurian,perusakan ,melakukan tindakan kriminal tau bahkan meminum munuman beralkohol tentu akan berpengaruh negative pula pada remaja yang menerimanya.
 Banyak konformitas remaja pada kelompoknya juga dapat berperan positif, seperti mengenakan pakaian yang sama untuk memberikan identitas tentang kelompoknya, remaja juga mempunyai keinginan yang besar untuk meluangkan waktu untuk bersama dengan kelompoknya, sehingga tidak jarang menimbulkan aktivitas yang juga bermanfaat bagi lingkungannya (Santrock, 1995).
Bergaul dengan teman yang rajin belajar, memungkinkan remaja akan termotivasi untuk belajar juga. Kelompok yang sering membuka pertemuan diskusi belajar akan membantu remaja untuk ikut berpartisipasi untuk belajar. Konformitas berlaku bagi remaja yang kurang minat belajarnya. Ketika orang lain mendapat prestasi yang baik, maka remaja merasa iri dan akan mulai mengikuti jejak temannya agar ikut pula mendapat nilai yang baik pula. Ketika lingkungan yang mendukung remaja untuk berprestasi maka remaja akan berusaha meraih prestasi.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh konformitas dari teman sebaya terhadap motivasi belajar remaja?



1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap motivasi belajar remaja

1.4  Manfaat Penelitian
a)      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam psikologi khususnya psikologi sosial mengenai pengaruh pertemanan terhadap motivasi untuk belajar
b)      Manfaat praktis
·         Bagi mahasiswa :
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai pengaruh pertemanan.
·         Bagi Orangtua :
Diharapkan mendukung dan memperhatikan gaya pertemenan remaja,dan bagaimana remaja memilih teman

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II Landasan Teori
Bab II menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai pengaruh konformitas teman sebaya terhadap motivasi belajar
Bab III Metode Penelitian
Bab III menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

                                                        BAB II     
TINJAUAN PUSTAKA
2.1                        Conformity
2.1.1    Pengertian Conformity
                  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konformitas adalah penyesuaian, pencocokan. Konformitas adalah kesesuaian sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan kaidah/norma yang berlaku. Mencocokkan tindakan dengan lingkungan yang ada.
      Cialdini & Goldstein, konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.
      Menurut penelitian yang dilakukan oleh Salomon Asch (1951), orang cenderung melakukan konformitas,mengikuti penilaian orang lain karena tekanan kelompok yang dirasakan.
Stanley Milgram (1975), konformitas adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak meemiliki suatu hak yang special untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut.
      Berhm & Kassin, kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat,perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok.
      Muzafer Sherif, konformitas berarti keselarasan, kesesuaian perilaku individu dengan lingkungannya, sesjalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.
      Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konformitas adalah penyesuaian sikap atauperlakau agar diterima dan sesuai dengan lingkungannya, sehingga tercipta norma dalam kelompok.


2.1.2         Faktor yang mempengaruhi Konformitas
a.       Kohesivitas dan Konformitas
b.      Konformitas dan Ukuran kelompok
c.       Norma sosial Deskriptif dan norma Sosial Injungtif
Kohesivitas didefenisikan sebagai ketertarikan yang dirasakan oleh seseorang terhadap suatu kelompok. Ketika berada dalam suatu kelompok dan seseorang menyukai berada dalam kelompok tersebut, maka akan semakin sering mereka melakukan konformitas terhadap kelompok.
Asch menemukan bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Jika suatu kelompok besar anggotanya, maka kecenderungan seseorang untuk melakukan konformitas semakin besar, mereka akan ikut serta meskipun tingkah laku berbeda dari yang sebenarnya diharapkan.
Norma sosial deskriptif adalah norma yang mendeskripsikan apa yang biasa dilakukan orang lain,maka itu yang akan kita lakukan dalam situasi tertentu. Memberi tahu orang lain untuk melakukan suatu perilaku yang sesuai denga norma yang berlaku. Norma sosial Injunctive adalah norma yang mendeskripsikan apa yang diterima atau yang tidak bisa diterima oleh orang lain pada situasi tertentu.

2.2    Motivasi
2.2.1    Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan sesorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karna ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motif  merupakan hal-hal mendasar atau alasan  untuk melakukan sesuatu. Dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Motivation merupakan keadaan internal/ kondisi yang mengaktifkan dan memberikan arahan kepada pikiran, perasaan dan tindakan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang membagi kebutuhan manusia berdasarkan lima kebutuhan yaitu fisiologis,rasa aman, cinta dan kasih sayang,harga diri dan aktualisasi diri.
Menurut Mc.Donald(dalam Sardiman 2007) menyebutkan motivasi sebagai perubahan energy dalam diri seseorang  yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan
Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yaitu proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan.
Schiffman dan Kanuk (1994),menyatakan bahwa motivasi sebagai dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan,keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.
Menurut Brunstein &Maier(2005),Achievement motivation adalah kebutuhan psikologi pada manusia untuk memperoleh keberhasilan dan kesuksesan.
Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Motivasi adalah keadaan internal dalam diri individu sebagai dorongan dalam dirinya untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya.




2.2.2        Fungsi Motivasi
·         Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan.
·         Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya motivasi mengarahkan perubahan untuk mencapai apa yang diinginkan
·         Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Dan dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi

2.2.3        Jenis-Jenis Motivasi
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri(tujuan itu sendiri). Misalnya, seseorang belajar keras menghadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang diujikan itu. Seseorang akan termotivasi untuk belajar ketika diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk control. Pujian juga bisa memperkuat motivasi intrinsik seseorang.
2.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi pleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, seseorang mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang bagus.

2.2.4        Teori teori Motivasi
1.      Teori kebutuhan Maslow
Teori motivasi yang paling terkenal adalah teori kebutuhan Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hirarki dari lima kebutuhan.
·         Pysiological  need
·         Safety need
·         Love and belongingness
·         Self esteem
·         Self actualization
Kebutuhan paling dasar adalah kebutuhan yang kuat dan menjadi prioritas utama,seperti makanan,minuman dan seks. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan akan keamanan yang muncul semenjak infancy,kebutuhan akan belongingness dan cinta dan penghargaan yang muncul pada masa remaja dan kebutuhan akan aktualisasi diri muncul pada masa pertengahan kehidupan.
2.      Teori Mc Clelland
Teori kebutuhan yang berfokus pada tiga kebutuhan yang didefenisiskan sebagai berikut:
·         Kebutuhan Berprestasi : dorongan untuk melebihi, mencapaio standar-standar dan berusaha keras untuk berhasil. Dorngan untuk sukses dalam situasi yang didasarkan pada keunggulan daripada orang lain.
·         Kebutuhan Berkuasa : kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. Dorongan untuk berusaha mengarahkan perilaku seseorang  untuk mencapai kepuasaan melalui tujuan tertentu,seperti kekuasaan dengan cara mengontrol atau mengawasi orang lain.
·         Kebutuhan berafiliasi : kebutuhan atau keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab dengan orang lain.

3.      Teori Belajar Bandura
Menurut Bandura, kepribadian adalah sebuah perilaku manusia yang keseluruhannya dikembangkan, dan prinsip pembelajaran yang cukup untuk menjelaskan perkembangannya dan memelihara perilaku manusia.Bandura berpendapat manusia bukan hanya sebuah bidak yang dihasilkan oleh lingkungan; mereka berpikir dan mengatur perilaku mereka sendiri. Menurutnya, sebuah teori kepribadian harus mengambil peran dalam konteks sosial dimana perilaku didapatkan dan dipelihara.

·         Self-reinforcement
Adalah sesuatu yang mengatur hadiah (reward) atau hukuman untuk seseorang
·         Self-efficacy
Merujuk pada rasa puas, efisien kecukupan dan perasaan bersaing dalam menjalani kehudpan dan hidup yang kompeten
×          Performance attainment : pengalaman kesuksesan memberikan indikasi dari level kemampuan kita
×          Vicarious experiences : Melihat orang lain sukses  akan memperkuat self – efficacy, jika kita mengamati kemiripan dengan seseorang yang sukses kita akan mengatakan, “ jika mereka bisa melakukannya, saya juga pasti bisa melakukannya. Dan sebaliknya, melihat orang lain gagal dapat menurunkan self – efficacy : “ jika mereka tidak bisa melakukannya, saya juga tidak bisa melakukannya”.
×          Verbal persuasion : Mengingatkan orang bahwa mereka punya kemampuan untuk menerima apapun yang mereka ingin ter.ima
×          Physiological and emotional arousal : umumnya percaya bahwa  kita akan mengatasi masalah secara sukses jika kita telah gelisah, tegang atau merasa sakit kepala.
×           
Metode pembelajaran observasi (modeling), motivation dan Self-control.   
·         Modeling belajar  dengan melalui pengamatan
·         Bobo doll studies melalui modeling, dengan mengamati perilaku model dan  melakukan atau mengulangi perilaku terhadap diri sendiri (Bandura, Ross, & Ross, 1963).
·         Other modeling studies Menurut teori Bandura, perilaku anak-anak harus mencerminkan perilaku orang tua mereka.
·         Disinhibition Penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku seseorang biasanya menekan atau menghambat dapat dilakukan lebih mudah di bawah pengaruh model (Bandura, 1973, 1986). Fenomena ini, yang disebut disinhibition, merujuk kepada melemahnya inhibisi atau menahan diri melalui eksposur untuk model.
·         The effects of society’s models Bandura menyimpulkan bahwa banyak perilaku-baik dan buruk, normal dan abnormal, belajar dengan  meniru perilaku orang lain.
·         Characteristics of the modeling situation
TIga  faktor yang ditemukan untuk mempengaruhi pemodelan (Bandura, 1977, 1986)
×          Karakteristik model : cenderung meniru orang yang mirip dengan dia
×          Karakteristik pengamat : yang mempengaruhi orang melakukan modeling adalah orang-orang yang memiliki self confidence danself esteem yang rendah
×          Penghargaan konsekuensi yang terkait dengan perilaku : orang cenderung melakukan modeling ketika ada reinforcement atau ada yang diperoleh.

2.3       Remaja
2.3.1        Pengertian Remaja
Tahap remaja merupakan tahap yang terbentuk setelah tahap anak-anak. Istilah adolescense atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere (kata benda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Yang mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik.
2.3.2        Ciri –ciri masa Remaja
a.       Masa remaja sebagai periode yang penting
Tanner mengatakan “ usia antara 12-16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan “ perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.

b.      Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan bukan berarti terputus dengan apa yang telah terjadi sebelumnya, tapi lebih kepada peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.

c.       Masa remaja sebagai masa perubahan
Tingkat perubahan  dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejalan dengan tingkat perubahan fisik.  Ada empat perubahan sama yang bersifat universal:
1)      meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
2)      perubahan  tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social
3)      niali-nilai
4)      bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d.      Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah remaja sering menjadi masalah yang rumit untuk diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan.

e.       Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah dia masih anak-anak atau sudah dewasa, dan apakah mereka mampu untuk percaya diri

f.       Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi yang tidak dapat dipercaya dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stereotip juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja pada dirinya sendiri.

g.      Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h.      Masa Remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin dekatnya usia kematangan yang sesungguhnya, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip stereotip remaja dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

2.3.3        Perkembangan Fisik Remaja
                 Pubertas menunjukkan berakhirnya masa anak-anak. Seseorang yang telah mengalami pubertas, baik pria maupun wanita, akan dikategorikan sebagai seorang remaja setelah terjadinya pubertas. Perubahan biologis yang terjadi pada saat pubertas meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan yang cepat, perubahan bentuk tubuh dan tercapainya kematangan seksual.
2.3.4        Kekerabatan pada Masa Remaja
·         Friendship
Selama masa remaja, kata Sullivan, teman menjadi semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial. Secara khusus, Sullivan berpendapat bahwa perlu untuk keintiman meningkat selama awal masa remaja, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat. Jika remaja gagal untuk mengembangkan persahabatan tersebut, mereka mengalami kesepian dan mengurangi rasa harga diri.
Meskipun memiliki teman dapat memberikan dampak baik untuk perkembangan, tidak semua pertemanan itu sama dan kualitas persahabatan penting. Manusia berbeda dalam hal memilih pertemanan,salah satu hal yang dapat memberi pengaruh buruk dalam perkembangan yaitu persahabatan koersif yang sarat dengan konflik dan berkualitas rendah.Akan sangat berpengaruh baik terhadap perkembangan ketika remaja memiliki teman yang pandai bersosial,sportif,dan fokus untuk hal akademik. Hubungan persahabatan yang positif di masa remaja diasosiasikan dengan munculnya hal-hal positif, yaitu berkurangnya kemungkinan terjadinya penyiksaan secara fisik , hubungan seksual yang terlarang, dan bullying dan meningkatkan prestasi akademik.


2.4      Teman sebaya
Teman seusia atau teman sebaya (peer) juga memainkan peran penting dalam penting dalam perkembangan. Teman seusia adalah anak pada usia yang sama atau level kedewasaan yang sama. salah satu fungsi teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Hubungan teman sebya yang baik mungkin dibutuhkan untuk perkembangan norml ( Howes &Tonyan,2000; Rubin,2000). Dalam sebuah studi, hubungan dengan teman sebaya yang buruk pada masa kanak-kanak akan menimbulkan tindak kejahatan. Namun, jika hubungan yang harmonis di usia remaja menyebabkan kesehatan mental yang positif di usia paruh baya nanti.
Teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi seseorang melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama dan pengaruh kelompok teman sebaya (Eccles,Wigfield & Schiefele,1998). Meraka dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik dan sosial (Ruble,1983). Dibandingkan anak kecil, remaja lebih mungkin melakukan perbandingan sosial, walaupun remaja lebih gampang menyangkal bahwa mereka membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain (Harter,1990).
Selama masa remaja, teman sebaya semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial.Sullivan berpendapat bahwa keintiman meningkat pada masa awal remaja, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat. Dan apabila remaja gagal dalam mengembangkan persahabatan tersebut, maka remaja akan mengalami kesepian dan mengurangi harga dirinya. Sebagai contoh, remaja menceritakan hal-hal intim dan informasi pribadi mereka lebih sering kepada teman-teman. Remaja juga mengatakan bahwa mereka lebih bergantung kepada teman daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk persahabatan, harga diri dan keintiman. Pengalaman baik dan buruk dengan teman-temannya akan  membentuk perilaku remaja. Gadis remaja lebih sering menceritakan masalahnya kepada teman- temannya daripada remaja laki-laki.
Mitchell Prinstein dan koleganya telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa remaja yang tidak yakin terhadap identitas sosialnya merupakan bentuk dari rendahnya harga diri dan tingginya kecemasan sosial. Mereka yang lebih patuh pada rekan sebayanya. Ketidakpastian ini sering meningkat selama masa transisi, seperti merubah keadaan sekolah dan kehidupan keluarga. Remaja lebih patuh dengan temannya yang mereka anggap memiliki status sosial lebih tinggi.
 Cliques adalah kelompok-kelompok kecil yang berkisar dari 2 sampai sekitar 12 individu dan rata-rata tentang  5 atau 6 orang. Anggota cliques adalah biasanya berjenis kelamin sama dan tentang usia yang sama. Cliques dapat terbentuk karena remaja yang terlibat dalam kegiatan serupa, seperti memiliki sebuah klub atau bermain di tim olahraga. Beberapa geng  juga terbentuk karena persahabatan. Beberapa remaja mungkin membentuk sebuah geng  karena mereka telah menghabiskan waktu bersama, berbagi kepentingan bersama dan menikmati saat-saat bersama temannya.Crowds lebih besar daripada geng dan kurang pribadi. Remaja biasanya anggota kerumunan berdasarkan reputasi, dan mereka mungkin  menghabiskan banyak waktu bersama. Kerumunan banyak didefinisikan oleh kegiatan remaja yang terlibat dalam (seperti "atlet" yang baik di olahraga atau "pecandu" yang mengkonsumsi obat).

2.5      Hubungan Konformitas teman sebaya terhadap motivasi belajar  Remaja
Masa remaja adalah masa yang unik. sebab pada masa ini remaja tidak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak, akan tetapi remaja juga belum bisa dikatakan sebagi orang dewasa (Calon dalam Monks dkk, 1994). Masa ini sering juga disebut dengan istilah masa transisi atau masa peralihan sebab adanya perubahan dari masa anak-anak menuju masa remaja dan peralihan ini bukan sekedar peralihan biasa namun sebuah periode yang khusus dalam perkembangan manusia.
Menurut Hurlock (1992) masa remaja adalah mencakup mental, emosional, sosial dan fisik yang memiliki tempat diantara anak-anak dan orangtua karena tidak termasuk dalam golongan anak-anak tapi belum juga masuk dalam golongan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dena tidak lagi memiliki status anak (dalam Monks,dkk 1994).Remaja sering mengalami tekanan dan kesulitan yang harus dihadapi. Menghadapi pengaruh sosialnya dan mengikuti lingkungannya. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) masa peralihan dari masa anak ke dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki tahap dewasa.  Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja mengalami perubahan dalam hidupnya. Mengubah cara pandangnya,pemikiran yang semakin dewasa. Tidak hanya mengalami perubahanan dalam fisiknya namun juga perubahan dalam psikisnya. Hal yang senada yang diungkapkan oleh Santrock (2003) bahawa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan  transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.
Setiap orang selalu memperhatikan keadaan sekitarnya. Bagaimana lingkungannya, apa yang sedang tren, apa yang biasa di gunakan dan dilakukan oleh orang lain. Orang-orang cenderung mengikuti apa yang dunia sediakan. Demikian pula pada masa Remaja. Remaja adalah masa labil, masa dimana mereka mudah untuk dipengaruhi dan terpengaruh. Kertika orang lain melakukan sesuatu hal, maka remaja yang lain akan mengikuti. Misalnya: ketika seseorang baik dalam nilai akademiknya, maka remaja yang lain akan merasa iri dan ingin juga mendapat nilai yang baik dalam akademiknya. Jika lingkungannya mendukung untuk dia belajar, maka remaja akan belajar. Sebaliknya jika remaja bermain, malakukan tindak criminal maka remaja yang lain akan cenderung pula mengikuti hal yang tidak baik itu.
Remaja lebih sering melakukan konformitas terhadap teman seusia atau sebayanya. Dikarenakan teman sebaya lebih cocok dan sesuai dengan karakter dan kemampuan mereka. Mereka akan mencari teman yang cocok dan mulai menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain yang seumuran dengannya. Ketika seorang remaja mendapat teman mayoritas rajin belajar, maka remaja yang lain akan termotivasi untuk belajar juga. Misalnya, ketika suatu kelompok membuka forum diskusi yang ditujukan untuk membahas materi-materi yang akan di pelajari saat mata pelajaran berlangsung. Remaja yang lain akan merasa ikut, dan ingin untuk belajar juga. Melihat orang lain mengerjakan tugas, maka dia ikut mengerjakan tugas.
Conformity termasuk perubahan perilaku seseorang yang menyesuaikan dengan respon ataupun tindakan orang lain agar cocok dan bisa diterima orang lain. Ketika seorang remaja tidak mengerjakan tugas, maka dia akan di jauhi oelh orang lainkarna dianggap malas. Sehingga, remaja yang mengalami tekanan yang demikian akan merasa harus belajar juga, agar orang lain senang dan mau berteman dengannya.
Konformitas pada masa remaja bisa menjadi dampak yang positif bagi perkembangan remaja. Hal itu dan memicu dan mengajak seseorang ituuntuk menetapkan tujuan dan berfokus untuk mecapai tujuan itu.Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa konformitas teman sebaya akan mempengaruhi remaja yang lain untuk termotivasi dalam belajar.

2.6      Hipotesis
            Hipotesis dalam penelitian ini : “ada pengaruh conformity teman sebaya terhadap motivasi belajar remaja














BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental merupakan penelitian  yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti (Latipun, 2006: 8).
3.2  Identifikasi variable Penelitian
Variable tergantung dalam penelitian ini adalah motivasi belajar
Variable bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh conformity
Variable control dalam penelitian ini adalah siswa yang motivasi belajarnya dipengaruhi oleh orang lain dalam hal ini teman sebaya.

3.3  Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif  bilamana indikator variabel yang bersangkutan tampak, suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati (Azwar, 2012:74).



3.3.1        Variabel Tergantung : Motivasi Belajar
Motivasi  adalah sesuatu dalam diri seseorang sebagai dorongan yang timbul secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah tindakan  atau usaha yang dilakukan seseorang guna untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Dan dapat pula diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri maupun dari luar diri yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh seseorang itu dapat tercapai.

3.3.2        Variabel Bebas : Conformity
Konformitas adalah penyesuaian, pencocokan. Konformitas adalah penyesuaian terhadap lingkungan agar conform dengan lingkungan. Kita melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dituntut oleh lingkungan. Ketika lingkungan mendukung kita untuk belajar, maka kita juga melakukan hal yang sama dengan lingkungannya.
3.3.3        Teman Sebaya
Teman seusia  atau teman sebaya adalah mereka yang memiliki usia yang sama atau level kedewasaan yang sama. teman sebaya yang memiliki peran yang penting dalam kehidupan remaja sebagai sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Selain dengan keluarga, remaja yang lebih sering membagi atau memceritakan pengalaman mereka lebih intim kepada teman mereka dari pada orang tua mereka sendiri. Mereka lebih bergantung pada teman untuk menjalin kedekatan atau keintiman untuk persahabatan, karena mereka lebih merasa nyaman dan nyambung ketika bercerita dengan teman yang mereka anggap mengerti akan keadaan mereka.




3.4  Subjek Penelitian
3.4.1         Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek/individu yang diteliti yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang sama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2012:77). Karakteristik yang dimaksud dapat berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dll (Latipun, 2006:41). Kriteria populasi dalam penelitian  ini adalah : SMA negeri di kota Pematang Siantar, berusia 16 s.d 17 tahun.
3.4.2        Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi sehingga sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2012:79). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling merupakan pemilihan sampel yang dilakukan secara random/acak (Hadi, 2000). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang (5  orang sebagai kelompok kontrol dan 5 orang sebagai kelompok eksperimen).
3.5  Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi . tehnik ini merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung ke lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam,mengukur dan mencatat kejadian.  Pada tahap observasi dengan cara mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin. Kemudian akan menyempitkan data dan informasi sehingga peneliti dapat menemukan bentuk perilaku dan hubungan yang terjadi.

3.6  Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik. Analisis statistik dapat mewujudkan kesimpulan  penelitian dengan memperhitungkan faktor kesahihan. Statistik bekerja dengan angka-angka yang bersifat objektif dan universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian. Data dalam penelitian ini akan dianalisa dengan analisa statistik yang dapat bekerja dengan angka-angka yang bersifat objektif dan universal (Hadi, 2000).
            Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik  paired sample t-test (Azwar, 2012). Dalam uji statistik ini, data yang diperoleh nantinya akan dibandingkan nilai kelompok kontrol, yaitu tidak di pengaruhi oleh konformitas dengan nilai kelompok eksperimen yang dipengaruhi oleh conformity teman sebayanya.
Sebelum dilakukan uji statistik  paired sample t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang meliputi:

1.      Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal dalam sebaran  kurva normalitas. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version 22.0. for Windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika p>0.05.
2.      Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel penelitian adalah homogen yaitu data berasal dari kelompok yang variannya sama. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova dengan bantuan SPSS version 22.0 for Windows.








DAFTAR PUSTAKA
Kenrick,Douglas T,Steven L. Neuberg, Robert B. Cialdini.social Psychology : Goals in Interaction 5th Edition .Pearson
Lahey, Benjamin B. Psychology An Introduction 11th Edition. McGrawHill
Santrock,John W. Life-span Development 14th Edition. University of Texas at Dallas : McGrawHill
Papalia.; Diane E, dkk . 2007. Human Development 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Santrock,John W. Psikologi pendidikan 2nd Edition.University of Texas at Dallas : Kencana
Pervin, Lawrence.A, Daniel Cervone, Oliver P. John. Psikologi  Kepribadian : Teori dan penelitian 9th Edition . Kencana
Schulzt, Duane .P & Schulzt. Theories of Personality 8th Edition .University of South Florida : Wadsworth Cencage Learning
Id.m.wikipedia.org/wiki/Motivasi