PROPOSAL KUANTITATIF
PENGARUH CONFORMITY TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa dalam
perkembangan yang paling menarik
untuk diikuti. Pada masa ini banyak yang terjadi pada remaja. Masa remaja adalah
masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Hurlock (1992) masa remaja adalah
mencakup mental, emosional, sosial dan fisik yang memiliki tempat diantara
anak-anak dan orangtua karena tidak termasuk dalam golongan anak-anak tapi
belum juga masuk dalam golongan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak (dalam Monks,dkk 1994).Remaja sering mengalami
tekanan dan kesulitan yang harus dihadapi. Menghadapi pengaruh sosialnya dan
mengikuti lingkungannya. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) masa
peralihan dari masa anak ke dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/fungsi untuk memasuki tahap dewasa. Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja
mengalami perubahan dalam hidupnya. Mengubah cara pandangnya,pemikiran yang
semakin dewasa. Tidak hanya mengalami perubahanan dalam fisiknya namun juga
perubahan dalam psikisnya. Hal yang senada yang diungkapkan oleh Santrock
(2003) bahwa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.
Berteman adalah salah satu factor yang
mempengaruhi remaja. Teman memiliki peran yang besar dalam kehidupan remaja.
Berteman dapat meningkatkan kehidupan sosial remaja. Menurut Harry Stack Sullivan teman menjadi
semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial. Sullivan berpendapat bahwa
keintiman meningkat selama awal masa remaja. Dan memotivasi remaja untuk
mencari teman dekat. Jika remaja gagal untuk mengembangkan persahabatan
tersebut, mereka mengalami kesepian dan mengurangi rasa harga diri.
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock). Teman sebaya
memiliki fungsi yaitu dapat berbagi pengalaman dan berbagi informasi mengenai
dunia dilura keluarganya. Dengan teman sebaya, remaja belajar apakah yang
mereka lakukan adalah lebih baik atau sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari
apa yang dilakukan oleh remaja lain. Barker dan Wright (1951) anak-anak
menghabiskan semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya pada masa
pertengahan anak-anak dan akhir masa anak-anak dan masa remaja. Kelompok teman
sebaya adlah lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup
bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya (Mapiare,1982).
Remaja menceritakan hal-hal intim dan informasi
pribadi mereka lebih sering kepada temannya daripada orangtuanya. Remaja juga
mengatakan bahwa mereka lebih bergantung kepada teman daripada orangtua untuk
memenuhi kebutuhan mereka dalam menjalin persahabatan, harga diri dan
keintiman. Jika yang diterima remaja adalah sikap yang posif maka perilakunya
akan positif pula atau sebaliknya. Pengalaman baik dan buruk dari
teman-temannya akan membentuk perilaku
remaja.
Dalam kehidupannya, remaja memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Mereka memikirkan keinginan merak untuk mencapai keberhasilan atau
prestasi. Dengan tujuan yang hendak dicapai ini yang membuat remaja termotivasi
untuk belajar dan meraih prestasi. Sejumlah strategi kognitif efektif untuk
meningkatkan motivasi seseorang untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi
dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan) dan Motivasi intrinsik yaitu
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (Wiegfield
& Eccless,2001; Hennesey & Amabile,1998)
Motivasi pencapaian adalah Kebutuhan psikologi dari
manusia untuk memperoleh keberhasilan dan kesuksesan (Brunstein &
Maier,2005; Caldwell,2010). Motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan
untuk berjasil,berusaha keras dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu mutu
tertentu (Woolfolk,1993).
Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya. Biasanya para
remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya
daripada, dengan orang tuanya. Oleh karena itu remaja lebih banyak berada di
luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya (Hurlock, 1980). seringkali remaja
termotivasi oleh faktor lingkungan, terutama temannya. Di dalam lingkungan
pertemanan, remaja seringkali ingin mengungguli prestasi-prestasi yang dicapai
temannya yang lain. Untuk itu remaja harus pandai dalam memilih teman dalam
kelompoknya, jika teman yang dipilih dalam kelompoknya adalah teman yang
memiliki prestasi maka remaja dengan akan sendirinya akan termotivasi untuk
mengungguli temannya tersebut (Santrock, 1998).
Conformity adalah termasuk perubahan perilaku
seseorang yang menyesuaikan dengan respon ataupun tindakan orang lain agar cocok
dan bisa diterima orang lain. Konformitas dapat berlaku positif atau negative
bagi remaja. Jika temannya sering melanggar peraturan, keluar dari aturan yang
berlaku sering melakukan pencurian,perusakan ,melakukan tindakan kriminal tau
bahkan meminum munuman beralkohol tentu akan berpengaruh negative pula pada
remaja yang menerimanya.
Banyak konformitas remaja pada kelompoknya juga dapat berperan
positif, seperti mengenakan pakaian yang sama untuk memberikan identitas
tentang kelompoknya, remaja juga mempunyai keinginan yang besar untuk
meluangkan waktu untuk bersama dengan kelompoknya, sehingga tidak jarang
menimbulkan aktivitas yang juga bermanfaat bagi lingkungannya (Santrock, 1995).
Bergaul dengan teman yang rajin belajar, memungkinkan remaja
akan termotivasi untuk belajar juga. Kelompok yang sering membuka pertemuan
diskusi belajar akan membantu remaja untuk ikut berpartisipasi untuk belajar.
Konformitas berlaku bagi remaja yang kurang minat belajarnya. Ketika orang lain
mendapat prestasi yang baik, maka remaja merasa iri dan akan mulai mengikuti
jejak temannya agar ikut pula mendapat nilai yang baik pula. Ketika lingkungan
yang mendukung remaja untuk berprestasi maka remaja akan berusaha meraih
prestasi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
konformitas dari teman sebaya terhadap motivasi belajar remaja?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap
motivasi belajar remaja
1.4
Manfaat Penelitian
a)
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam
psikologi khususnya psikologi sosial mengenai pengaruh
pertemanan terhadap motivasi untuk belajar
b)
Manfaat praktis
·
Bagi mahasiswa :
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai pengaruh pertemanan.
·
Bagi Orangtua :
Diharapkan mendukung dan memperhatikan gaya
pertemenan remaja,dan bagaimana remaja memilih teman
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab I terdiri dari latar belakang penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II
Landasan Teori
Bab II menguraikan landasan teori yang mendasari
masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai pengaruh konformitas teman sebaya
terhadap motivasi belajar
Bab III
Metode Penelitian
Bab III menguraikan identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, metode pengambilan sampel, dan metode analisa data yang
digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Conformity
2.1.1 Pengertian Conformity
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konformitas adalah penyesuaian, pencocokan.
Konformitas adalah kesesuaian sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan
kaidah/norma yang berlaku. Mencocokkan tindakan dengan lingkungan yang ada.
Cialdini & Goldstein, konformitas
adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai
dengan perilaku orang lain.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Salomon Asch (1951), orang cenderung melakukan konformitas,mengikuti penilaian
orang lain karena tekanan kelompok yang dirasakan.
Stanley Milgram (1975), konformitas adalah perilaku
yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu
sendiri, dimana kelompok tersebut tidak meemiliki suatu hak yang special untuk
mengarahkan tingkah laku individu tersebut.
Berhm & Kassin, kecenderungan untuk
mengubah persepsi, pendapat,perilaku seseorang sehingga konsisten dalam
perilaku atau norma kelompok.
Muzafer Sherif, konformitas berarti
keselarasan, kesesuaian perilaku individu dengan lingkungannya, sesjalan dengan
kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.
Dari defenisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa konformitas adalah penyesuaian sikap atauperlakau agar
diterima dan sesuai dengan lingkungannya, sehingga tercipta norma dalam
kelompok.
2.1.2
Faktor yang mempengaruhi Konformitas
a.
Kohesivitas dan Konformitas
b.
Konformitas dan Ukuran kelompok
c.
Norma sosial Deskriptif dan norma Sosial Injungtif
Kohesivitas
didefenisikan sebagai ketertarikan yang dirasakan oleh seseorang terhadap suatu
kelompok. Ketika berada dalam suatu kelompok dan seseorang menyukai berada
dalam kelompok tersebut, maka akan semakin sering mereka melakukan konformitas terhadap
kelompok.
Asch
menemukan bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
anggota kelompok. Jika suatu kelompok besar anggotanya, maka kecenderungan
seseorang untuk melakukan konformitas semakin besar, mereka akan ikut serta
meskipun tingkah laku berbeda dari yang sebenarnya diharapkan.
Norma sosial
deskriptif adalah norma yang mendeskripsikan apa yang biasa dilakukan orang
lain,maka itu yang akan kita lakukan dalam situasi tertentu. Memberi tahu orang
lain untuk melakukan suatu perilaku yang sesuai denga norma yang berlaku. Norma
sosial Injunctive adalah norma yang mendeskripsikan apa yang diterima atau yang
tidak bisa diterima oleh orang lain pada situasi tertentu.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan sesorang atau kelompok orang
tertentu tergerak melakukan sesuatu karna ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motif merupakan hal-hal mendasar atau alasan untuk melakukan sesuatu. Dorongan dalam diri
manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Motivation
merupakan keadaan internal/ kondisi yang mengaktifkan dan memberikan arahan
kepada pikiran, perasaan dan tindakan.
Berdasarkan
teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang membagi kebutuhan manusia
berdasarkan lima kebutuhan yaitu fisiologis,rasa aman, cinta dan kasih
sayang,harga diri dan aktualisasi diri.
Menurut
Mc.Donald(dalam Sardiman 2007) menyebutkan motivasi sebagai perubahan energy
dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan
Menurut
Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku
konsumen, yaitu proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta
memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan.
Schiffman
dan Kanuk (1994),menyatakan bahwa motivasi sebagai dorongan dari dalam diri
individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan
tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak
terpenuhinya kebutuhan,keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan
proses kognitif dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan
menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.
Menurut Brunstein &Maier(2005),Achievement
motivation adalah kebutuhan psikologi pada manusia untuk memperoleh
keberhasilan dan kesuksesan.
Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Motivasi adalah keadaan internal dalam diri individu sebagai dorongan dalam
dirinya untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya.
2.2.2
Fungsi
Motivasi
·
Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan.
·
Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya motivasi
mengarahkan perubahan untuk mencapai apa yang diinginkan
·
Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya
menggerakkan tingkah laku seseorang. Dan dapat berfungsi sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi
2.2.3
Jenis-Jenis
Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri(tujuan itu sendiri). Misalnya,
seseorang belajar keras menghadapi ujian karena dia senang dengan mata
pelajaran yang diujikan itu. Seseorang akan termotivasi untuk belajar ketika
diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka
dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai
untuk control. Pujian juga bisa memperkuat motivasi intrinsik seseorang.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi pleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya, seseorang mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang bagus.
2.2.4
Teori teori
Motivasi
1. Teori kebutuhan Maslow
Teori motivasi yang paling terkenal adalah
teori kebutuhan Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri
manusia terdapat hirarki dari lima kebutuhan.
·
Pysiological need
·
Safety need
·
Love and belongingness
·
Self esteem
·
Self actualization
Kebutuhan paling
dasar adalah kebutuhan yang kuat dan menjadi prioritas utama,seperti
makanan,minuman dan seks. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan akan keamanan
yang muncul semenjak infancy,kebutuhan akan belongingness dan cinta dan
penghargaan yang muncul pada masa remaja dan kebutuhan akan aktualisasi diri
muncul pada masa pertengahan kehidupan.
2.
Teori Mc Clelland
Teori kebutuhan yang berfokus pada tiga
kebutuhan yang didefenisiskan sebagai berikut:
·
Kebutuhan Berprestasi : dorongan untuk melebihi, mencapaio
standar-standar dan berusaha keras untuk berhasil. Dorngan untuk sukses dalam
situasi yang didasarkan pada keunggulan daripada orang lain.
·
Kebutuhan Berkuasa : kebutuhan untuk membuat individu lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
Dorongan untuk berusaha mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasaan melalui tujuan
tertentu,seperti kekuasaan dengan cara mengontrol atau mengawasi orang lain.
·
Kebutuhan berafiliasi : kebutuhan atau keinginan untuk
menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab dengan orang lain.
3.
Teori Belajar
Bandura
Menurut Bandura, kepribadian adalah sebuah perilaku manusia yang
keseluruhannya dikembangkan, dan prinsip pembelajaran yang cukup untuk
menjelaskan perkembangannya dan memelihara perilaku manusia.Bandura berpendapat
manusia bukan hanya sebuah bidak yang dihasilkan oleh lingkungan; mereka berpikir
dan mengatur perilaku mereka sendiri. Menurutnya, sebuah teori kepribadian
harus mengambil peran dalam konteks sosial dimana perilaku didapatkan dan
dipelihara.
·
Self-reinforcement
Adalah sesuatu yang mengatur hadiah
(reward) atau hukuman untuk seseorang
·
Self-efficacy
Merujuk pada rasa puas, efisien
kecukupan dan perasaan bersaing dalam menjalani kehudpan dan hidup yang
kompeten
×
Performance
attainment : pengalaman kesuksesan memberikan indikasi dari
level kemampuan kita
×
Vicarious
experiences : Melihat orang lain sukses akan memperkuat self – efficacy, jika kita
mengamati kemiripan dengan seseorang yang sukses kita akan mengatakan, “ jika
mereka bisa melakukannya, saya juga pasti bisa melakukannya. Dan sebaliknya,
melihat orang lain gagal dapat menurunkan self – efficacy : “ jika mereka tidak
bisa melakukannya, saya juga tidak bisa melakukannya”.
×
Verbal
persuasion : Mengingatkan orang bahwa mereka punya
kemampuan untuk menerima apapun yang mereka ingin ter.ima
×
Physiological
and emotional arousal : umumnya percaya bahwa kita akan mengatasi masalah secara sukses
jika kita telah gelisah, tegang atau merasa sakit kepala.
×
Metode pembelajaran observasi (modeling), motivation dan Self-control.
·
Modeling
belajar dengan melalui pengamatan
·
Bobo
doll studies melalui modeling, dengan mengamati perilaku model dan melakukan atau mengulangi perilaku terhadap
diri sendiri (Bandura, Ross, & Ross, 1963).
·
Other
modeling studies Menurut teori Bandura, perilaku
anak-anak harus mencerminkan perilaku orang tua mereka.
·
Disinhibition
Penelitian
telah menunjukkan bahwa perilaku seseorang biasanya menekan atau menghambat
dapat dilakukan lebih mudah di bawah pengaruh model (Bandura, 1973, 1986).
Fenomena ini, yang disebut disinhibition, merujuk kepada melemahnya inhibisi
atau menahan diri melalui eksposur untuk model.
·
The
effects of society’s models Bandura menyimpulkan
bahwa banyak perilaku-baik dan buruk, normal dan abnormal, belajar dengan meniru perilaku orang lain.
·
Characteristics
of the modeling situation
TIga
faktor yang ditemukan untuk mempengaruhi
pemodelan (Bandura, 1977, 1986)
×
Karakteristik model : cenderung meniru orang yang mirip
dengan dia
×
Karakteristik pengamat : yang mempengaruhi orang melakukan
modeling adalah orang-orang yang memiliki self confidence danself esteem yang
rendah
×
Penghargaan konsekuensi yang terkait
dengan perilaku
: orang cenderung melakukan modeling ketika ada reinforcement atau ada yang
diperoleh.
2.3 Remaja
2.3.1
Pengertian
Remaja
Tahap remaja merupakan tahap yang
terbentuk setelah tahap anak-anak. Istilah adolescense
atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere (kata benda, adolescentia yang
berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Yang mencakup
kematangan mental, emosional, social, dan fisik.
2.3.2
Ciri –ciri
masa Remaja
a. Masa
remaja sebagai periode yang penting
Tanner mengatakan “
usia antara 12-16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan “ perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada
awal masa remaja.
b. Masa
remaja sebagai periode peralihan
Peralihan bukan berarti
terputus dengan apa yang telah terjadi sebelumnya, tapi lebih kepada peralihan
dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.
c. Masa
remaja sebagai masa perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejalan dengan tingkat perubahan fisik.
Ada empat perubahan sama yang bersifat universal:
1) meningginya
emosi yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi
2) perubahan
tubuh, minat dan peran yang diharapkan
oleh kelompok social
3) niali-nilai
4) bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
d. Masa
remaja sebagai usia bermasalah
Masalah remaja sering
menjadi masalah yang rumit untuk diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan.
e. Masa
remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang
dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya
dalam masyarakat, apakah dia masih anak-anak atau sudah dewasa, dan apakah
mereka mampu untuk percaya diri
f. Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip
budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi yang tidak dapat dipercaya
dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja. Stereotip juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja pada
dirinya sendiri.
g. Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistic
Remaja melihat dirinya
dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan, bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita.
h. Masa
Remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin dekatnya usia
kematangan yang sesungguhnya, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan
stereotip stereotip remaja dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir
dewasa.
2.3.3
Perkembangan
Fisik Remaja
Pubertas menunjukkan
berakhirnya masa anak-anak. Seseorang yang telah mengalami pubertas, baik pria
maupun wanita, akan dikategorikan sebagai seorang remaja setelah terjadinya
pubertas. Perubahan biologis yang terjadi pada saat pubertas meliputi
pertumbuhan tinggi dan berat badan yang cepat, perubahan bentuk tubuh dan
tercapainya kematangan seksual.
2.3.4
Kekerabatan
pada Masa Remaja
·
Friendship
Selama masa
remaja, kata Sullivan, teman menjadi semakin penting dalam memenuhi kebutuhan
sosial. Secara khusus, Sullivan berpendapat bahwa perlu untuk keintiman
meningkat selama awal masa remaja, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat.
Jika remaja gagal untuk mengembangkan persahabatan tersebut, mereka mengalami
kesepian dan mengurangi rasa harga diri.
Meskipun
memiliki teman dapat memberikan dampak baik untuk perkembangan, tidak semua
pertemanan itu sama dan kualitas persahabatan penting. Manusia berbeda dalam
hal memilih pertemanan,salah satu hal yang dapat memberi pengaruh buruk dalam
perkembangan yaitu persahabatan koersif yang sarat dengan konflik dan
berkualitas rendah.Akan sangat berpengaruh baik terhadap perkembangan ketika
remaja memiliki teman yang pandai bersosial,sportif,dan fokus untuk hal
akademik. Hubungan persahabatan yang positif di masa remaja diasosiasikan
dengan munculnya hal-hal positif, yaitu berkurangnya kemungkinan terjadinya
penyiksaan secara fisik , hubungan seksual yang terlarang, dan bullying dan
meningkatkan prestasi akademik.
2.4 Teman sebaya
Teman seusia
atau teman sebaya (peer) juga memainkan peran penting dalam penting dalam
perkembangan. Teman seusia adalah anak pada usia yang sama atau level
kedewasaan yang sama. salah satu fungsi teman sebaya adalah memberikan sumber
informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Hubungan teman sebya
yang baik mungkin dibutuhkan untuk perkembangan norml ( Howes &Tonyan,2000;
Rubin,2000). Dalam sebuah studi, hubungan dengan teman sebaya yang buruk pada
masa kanak-kanak akan menimbulkan tindak kejahatan. Namun, jika hubungan yang
harmonis di usia remaja menyebabkan kesehatan mental yang positif di usia paruh
baya nanti.
Teman sebaya
dapat mempengaruhi motivasi seseorang melalui perbandingan sosial, kompetensi
dan motivasi sosial, belajar bersama dan pengaruh kelompok teman sebaya
(Eccles,Wigfield & Schiefele,1998). Meraka dapat membandingkan dirinya
sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik dan sosial (Ruble,1983).
Dibandingkan anak kecil, remaja lebih mungkin melakukan perbandingan sosial,
walaupun remaja lebih gampang menyangkal bahwa mereka membandingkan dirinya
sendiri dengan orang lain (Harter,1990).
Selama masa
remaja, teman sebaya semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial.Sullivan
berpendapat bahwa keintiman meningkat pada masa awal remaja, memotivasi remaja
untuk mencari teman dekat. Dan apabila remaja gagal dalam mengembangkan
persahabatan tersebut, maka remaja akan mengalami kesepian dan mengurangi harga
dirinya. Sebagai contoh, remaja menceritakan hal-hal intim dan informasi
pribadi mereka lebih sering kepada teman-teman. Remaja juga mengatakan bahwa
mereka lebih bergantung kepada teman daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan
mereka untuk persahabatan, harga diri dan keintiman. Pengalaman baik dan buruk
dengan teman-temannya akan membentuk
perilaku remaja. Gadis remaja lebih sering menceritakan masalahnya kepada
teman- temannya daripada remaja laki-laki.
Mitchell
Prinstein dan koleganya telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa
remaja yang tidak yakin terhadap identitas sosialnya merupakan bentuk dari
rendahnya harga diri dan tingginya kecemasan sosial. Mereka yang lebih patuh
pada rekan sebayanya. Ketidakpastian ini sering meningkat selama masa transisi,
seperti merubah keadaan sekolah dan kehidupan keluarga. Remaja lebih patuh
dengan temannya yang mereka anggap memiliki status sosial lebih tinggi.
Cliques
adalah kelompok-kelompok kecil yang berkisar dari 2 sampai sekitar 12
individu dan rata-rata tentang 5 atau 6 orang.
Anggota cliques adalah biasanya berjenis kelamin sama dan tentang usia yang
sama. Cliques dapat terbentuk karena remaja yang terlibat dalam kegiatan
serupa, seperti memiliki sebuah klub atau bermain di tim olahraga. Beberapa
geng juga terbentuk karena persahabatan.
Beberapa remaja mungkin membentuk sebuah geng karena mereka telah menghabiskan waktu
bersama, berbagi kepentingan bersama dan menikmati saat-saat bersama temannya.Crowds lebih besar daripada geng dan
kurang pribadi. Remaja biasanya anggota kerumunan berdasarkan
reputasi, dan mereka mungkin
menghabiskan banyak waktu bersama. Kerumunan banyak didefinisikan oleh
kegiatan remaja yang terlibat dalam (seperti "atlet" yang baik di
olahraga atau "pecandu" yang mengkonsumsi obat).
2.5 Hubungan Konformitas teman sebaya terhadap motivasi
belajar Remaja
Masa
remaja adalah masa yang unik. sebab pada masa ini remaja tidak bisa lagi
dikatakan sebagai anak-anak, akan tetapi remaja juga belum bisa dikatakan
sebagi orang dewasa (Calon dalam Monks dkk, 1994). Masa ini sering juga disebut
dengan istilah masa transisi atau masa peralihan sebab adanya perubahan dari
masa anak-anak menuju masa remaja dan peralihan ini bukan sekedar peralihan
biasa namun sebuah periode yang khusus dalam perkembangan manusia.
Menurut
Hurlock (1992) masa remaja adalah mencakup mental, emosional, sosial dan fisik
yang memiliki tempat diantara anak-anak dan orangtua karena tidak termasuk
dalam golongan anak-anak tapi belum juga masuk dalam golongan dewasa. Masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dena tidak lagi memiliki status anak (dalam
Monks,dkk 1994).Remaja sering mengalami tekanan dan kesulitan yang harus
dihadapi. Menghadapi pengaruh sosialnya dan mengikuti lingkungannya. Menurut
Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) masa peralihan dari masa anak ke dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki tahap dewasa. Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja
mengalami perubahan dalam hidupnya. Mengubah cara pandangnya,pemikiran yang
semakin dewasa. Tidak hanya mengalami perubahanan dalam fisiknya namun juga
perubahan dalam psikisnya. Hal yang senada yang diungkapkan oleh Santrock
(2003) bahawa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.
Setiap
orang selalu memperhatikan keadaan sekitarnya. Bagaimana lingkungannya, apa
yang sedang tren, apa yang biasa di gunakan dan dilakukan oleh orang lain.
Orang-orang cenderung mengikuti apa yang dunia sediakan. Demikian pula pada
masa Remaja. Remaja adalah masa labil, masa dimana mereka mudah untuk
dipengaruhi dan terpengaruh. Kertika orang lain melakukan sesuatu hal, maka
remaja yang lain akan mengikuti. Misalnya: ketika seseorang baik dalam nilai
akademiknya, maka remaja yang lain akan merasa iri dan ingin juga mendapat
nilai yang baik dalam akademiknya. Jika lingkungannya mendukung untuk dia
belajar, maka remaja akan belajar. Sebaliknya jika remaja bermain, malakukan
tindak criminal maka remaja yang lain akan cenderung pula mengikuti hal yang
tidak baik itu.
Remaja
lebih sering melakukan konformitas terhadap teman seusia atau sebayanya.
Dikarenakan teman sebaya lebih cocok dan sesuai dengan karakter dan kemampuan
mereka. Mereka akan mencari teman yang cocok dan mulai menjalin hubungan yang
akrab dengan orang lain yang seumuran dengannya. Ketika seorang remaja mendapat
teman mayoritas rajin belajar, maka remaja yang lain akan termotivasi untuk
belajar juga. Misalnya, ketika suatu kelompok membuka forum diskusi yang
ditujukan untuk membahas materi-materi yang akan di pelajari saat mata
pelajaran berlangsung. Remaja yang lain akan merasa ikut, dan ingin untuk
belajar juga. Melihat orang lain mengerjakan tugas, maka dia ikut mengerjakan
tugas.
Conformity termasuk
perubahan perilaku seseorang yang menyesuaikan dengan respon ataupun tindakan
orang lain agar cocok dan bisa diterima orang lain. Ketika seorang remaja tidak
mengerjakan tugas, maka dia akan di jauhi oelh orang lainkarna dianggap malas.
Sehingga, remaja yang mengalami tekanan yang demikian akan merasa harus belajar
juga, agar orang lain senang dan mau berteman dengannya.
Konformitas
pada masa remaja bisa menjadi dampak yang positif bagi perkembangan remaja. Hal
itu dan memicu dan mengajak seseorang ituuntuk menetapkan tujuan dan berfokus
untuk mecapai tujuan itu.Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa konformitas teman
sebaya akan mempengaruhi remaja yang lain untuk termotivasi dalam belajar.
2.6 Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini : “ada pengaruh conformity teman sebaya terhadap motivasi
belajar remaja”
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimental. Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi
yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu
yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan
tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok dan setelah itu dilihat
pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan
dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti (Latipun,
2006: 8).
3.2 Identifikasi variable Penelitian
Variable
tergantung dalam penelitian ini adalah motivasi belajar
Variable
bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh conformity
Variable
control dalam penelitian ini adalah siswa yang motivasi belajarnya dipengaruhi
oleh orang lain dalam hal ini teman sebaya.
3.3 Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi
yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif
bilamana indikator variabel yang bersangkutan
tampak, suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan
karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati (Azwar, 2012:74).
3.3.1
Variabel
Tergantung : Motivasi Belajar
Motivasi
adalah sesuatu dalam diri seseorang sebagai dorongan
yang timbul secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah tindakan atau usaha yang dilakukan seseorang guna
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Dan dapat pula diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri maupun dari luar diri yang menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh seseorang itu dapat tercapai.
3.3.2
Variabel
Bebas : Conformity
Konformitas adalah penyesuaian, pencocokan.
Konformitas adalah penyesuaian terhadap lingkungan agar conform dengan
lingkungan. Kita melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dituntut oleh
lingkungan. Ketika lingkungan mendukung kita untuk belajar, maka kita juga
melakukan hal yang sama dengan lingkungannya.
3.3.3
Teman
Sebaya
Teman seusia
atau teman sebaya adalah mereka yang memiliki usia yang sama atau level
kedewasaan yang sama. teman sebaya yang memiliki peran yang penting dalam
kehidupan remaja sebagai sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di
luar keluarga. Selain dengan keluarga, remaja yang lebih sering membagi atau
memceritakan pengalaman mereka lebih intim kepada teman mereka dari pada orang
tua mereka sendiri. Mereka lebih bergantung pada teman untuk menjalin kedekatan
atau keintiman untuk persahabatan, karena mereka lebih merasa nyaman dan
nyambung ketika bercerita dengan teman yang mereka anggap mengerti akan keadaan
mereka.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek/individu yang diteliti yang memiliki ciri-ciri atau
karakteristik-karakteristik yang sama yang membedakannya dari kelompok subjek
yang lain (Azwar, 2012:77). Karakteristik yang dimaksud dapat berupa usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dll (Latipun,
2006:41). Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah : SMA negeri di kota Pematang Siantar,
berusia 16 s.d 17 tahun.
3.4.2
Sampel
Sampel
adalah sebagian dari populasi sehingga sampel harus memiliki ciri-ciri yang
dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2012:79). Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling
merupakan pemilihan sampel yang dilakukan secara random/acak (Hadi, 2000).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang (5 orang
sebagai kelompok kontrol dan 5 orang sebagai kelompok eksperimen).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi
. tehnik ini merupakan
metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung ke lapangan. Proses ini
berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam,mengukur dan
mencatat kejadian. Pada tahap observasi dengan cara mengumpulkan
data dan informasi sebanyak mungkin. Kemudian akan menyempitkan data dan
informasi sehingga peneliti dapat menemukan bentuk perilaku dan hubungan yang
terjadi.
3.6 Metode Analisis Data
Metode
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik. Analisis
statistik dapat mewujudkan kesimpulan penelitian dengan
memperhitungkan faktor kesahihan. Statistik bekerja dengan angka-angka
yang bersifat objektif dan universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua
bidang penelitian. Data
dalam penelitian ini akan dianalisa dengan analisa statistik yang dapat bekerja
dengan angka-angka yang bersifat objektif dan universal (Hadi, 2000).
Analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik paired sample t-test (Azwar, 2012). Dalam uji
statistik ini, data yang diperoleh nantinya akan dibandingkan nilai kelompok
kontrol, yaitu tidak di pengaruhi oleh konformitas dengan nilai kelompok eksperimen yang dipengaruhi oleh
conformity teman sebayanya.
Sebelum dilakukan
uji statistik paired sample t-test,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang meliputi:
1.
Uji
Normalitas
Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal
dalam sebaran kurva normalitas. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji one-sample
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS
version 22.0. for Windows.
Data dikatakan terdistribusi normal jika p>0.05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel
penelitian adalah homogen yaitu data berasal dari kelompok yang variannya sama.
Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova
dengan bantuan SPSS version
22.0 for Windows.
DAFTAR PUSTAKA
Kenrick,Douglas
T,Steven L. Neuberg, Robert B. Cialdini.social
Psychology : Goals in Interaction 5th Edition .Pearson
Lahey,
Benjamin B. Psychology An Introduction 11th
Edition. McGrawHill
Santrock,John
W. Life-span Development 14th Edition.
University of Texas at Dallas : McGrawHill
Papalia.; Diane E, dkk . 2007. Human
Development 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Santrock,John
W. Psikologi pendidikan 2nd Edition.University
of Texas at Dallas : Kencana
Pervin,
Lawrence.A, Daniel Cervone, Oliver P. John. Psikologi Kepribadian : Teori dan penelitian 9th
Edition . Kencana
Schulzt,
Duane .P & Schulzt. Theories of
Personality 8th Edition .University of South Florida : Wadsworth
Cencage Learning
Id.m.wikipedia.org/wiki/Motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar