Kemudian, Liem pindah ke Jakarta. Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia. Namun, seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura, setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut, ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony Salim, lalu pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang. Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah: 1. divisi perdagangan 2. divisi industri 3. divisi bank dan asuransi 4. divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan) 5. divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong 6. divisi perdagangan eceran 7. divisi joint venture. Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-perseroan terbatas. berbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya kepada Review, “Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.” Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja Dagang Indonesia, belakangan ini. Sudono Salim atau Liem Sioe Liong meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Berdasarkan informasi yang beredar, pengusaha kakap itu wafat di Singapura pada tanggal 10 Juni 2012.
TEORI VIKTOR FRANKL (1905-1997) Viktor Emil Frankl dilahirkan dalam keluarga Yahudi pada tanggal 26 Maret 1905 di Austria dan meninggal dunia pada tanggal 02 September 1997 di Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yahudi memiliki pengaruh yang kuat terhadap Frankl. Ini pulalah yang membuat Frankl memiliki minat yang besar didalam persolan keagamaan, khususnya dalam konteks makna dari hidup. Dan merupakan seorang tokoh neurology serta psikiatri. Viktor Emil Franklin merupakan penggagas dari aliran logotherapy, dimana Viktor Frankl dipengaruhi oleh teori Eksistensial. Logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yang berarti meaning (makna), yang berarti Logotherapy merupakan terapi yang melampaui makna. Landasan Filosofi dari Viktor Frankl: 1. The Freedom of Will Yaitu kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab.
2. The Will to Meaning Motivasi dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri)
3. T he Meaning of Life
• Dapat ditemukan didalam kehidupan manusia, dan merupakan suatu yang unik, personal, dan juga spesifik.
• The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.
PEMBAHASAN TEORI
Berdasarkan teori Viktor Emil Franklin yang merupakan penggagas dari aliran logotherapy, dimana Viktor Frankl dipengaruhi oleh teori Eksistensial. Logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yang berarti meaning (makna), yang berarti Logotherapy merupakan terapi yang melampaui makna. Dilihat dari diri soed yang memiliki eksistensial yang tinggi. Di lihat dari 3 landasan filosofi yang dikemukakan oleh Viktor Frankl dimana ketiga filosofi tersebut saling berkaitan, dimulai dari The Freedom of Life – Liem Sioe Liong yang memilih untuk bertanggung jawab dalam memutuskan jalan hidupnya sendiri. Dia mengikuti jejak abangnya yang tertua yang terlebih dahulu sudah tiba di Indonesia yang kemudia dia mengikutinya ke Indonesia dari Fukien, ia Berangkat ke Amoy, yang pada saat itu bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan kemudian barulah ia sampai di Indonesia. Lalu di tahapan kedua The Will to Meaning – Motivasi dari diri dari Liem Sioe Liong yang memotivasi dirinya sendiri untuk mengembangkan usahanya sendiri. Dengan keterampilan yang dimilikinya menjadi supplier cengkeh, dengan cara menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Setelah menikah Liem semakin giat bekerja untuk menghidupi kehidupannya dan keluarganya. Namun pada saat Jepang menjajah Indonesia Usaha Liem kemudian bangkrut. Tapi dia tidak menyerah, dia bangkit lagi. Bersama dengan teman-temannya, Dia mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah Ditahapan ketiga yaitu The Meaning of Life , dalam memaknai hidupnya Liem menganggap setiap usaha yang dilakukannya telah membuahkan hasil yang baik. Kutipannya : “Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.” Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong menjadi pengusaha sukses dan terkenal yang dijuluki si Raja Dagang Indonesia,
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Sudono_Salim
- http://pontianak.tribunnews.com/2012/06/10/sekilas-kisah-perjalanan-hidup-sudono-salim
- http://freddyiriawan.com/succes-story/kisah-sukses-liem-sioe-liong-soedono-salim/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar